Friday, August 26, 2011

Mudik Part 2

Ah akhirnya lebaran lagi dan mudik lagi dan update blog lagi :hammer. Sebenernya pengen bisa update blog sebulan beberapa kali tapi ya itu sibuk sekali (alasan klise, padahal sebenernya banyak ide tapi bingung gimana mau nulisnya).

Ok mudik, sebenernya mudik lebaran tahun ini bukan mudik yang pertama buatku. Mengingat tahun kemaren aku juga sudah melakukannya tapi ya itu, mudik tahun kemaren nggak kerasa suasananya coz waktu itu aku baru dua bulan dirantau tapi sudah bertemu ramadhan dan syawal so terpaksa pulang walaupun baru dua bulan dirantau.

Eh iya, hal lain yang membuat mudik tahun ini berbeda itu karen adanya rasa haru (aku binging memilih kata yang cocok). Ya itu yang aku rasakan. Entah kenapa kemaren waktu pamitan buat pulang ke kota halaman (aku g punya kampung) rasanya itu berat sekali.

Eh iya satu lagi hal yang membuat mudik tahun ini berbeda.. Hal itu adalah.. Tahun ini aku mudik g sendiri. Aku mudik dengan 3 orang teman lain yang beda jurusan. Sek, jadi dimana barengnya klo beda juusan?? ya itulah pokoknya ada temennya, dan aku senang...

Tapi disamping perbedaan2 yang ada, ada satu hal yang sama tiap kali aku mudik dan itu adalah... PESAWAT &BANDARA Ya. Dua hal yang selalu berurusan denganku tiap kali aku merencanakan untuk mudik.

Bandara dan segala aktifitasnya yang bising, pesawat yang selalu membuat telingaku sakit tiap kali akan landing. Hal lainnya yang membuatku makin tidak suka dengan kedua hal tersebut (bandara & pesawat) adalah aku tidak terlalu suka dengan ketinggian (padahal cita2ku menjadi seorang pilot tempur). Oh iya tentu saja harga tiket yg mahal...

So untuk menanggulangi permusuhan dingin selama mudik ini, aku memiliki beberapa rencana untuk menggila di bandara dan pesawat.

1. Mencoba toilet pesawat
Ya, sejak pertama kali aku bepergian naik pesawat aku belum pernah sekalipun menggunakan toilet pesawat. Selain itu kata temanku air di toilet pesawat warnanya biru, so aku penasaran dan mungkin aku akan mencoba menggunakan toilet pesawat tahun ini.

2. Tetap menjadi artis bandara
Nggak ada yang spesial dari kegiatan ini, sebab aku udah beberapa kali melakukannya. Inti dari kegiatan ini adalah membuat petugas informasi bandara berteriak2 memanggil namamu ke segala penjuru untuk memintamu segera naik pesawat yang akan segera take off.

3. Duduk disamping pilot
Ya inilah salah satu ambisiku, aku pengen duduk disebelah pilot. Terakhir kali aku minta ke petugas boarding supaya dapet tempat duduk di sebelah pilot petugasnya cuma senyum2 saja (aneh kan petugasnya)

4. Minta stiker fragile
Ya saya sangat berambisi sekali untuk meminta stiker fragile sebanyak mungkin. Buat aku tempelkan ke semua barang bawaan saya. Bahkan mungkin klo boleh aku mau minta satu pack, mungkin aja bisa aku jual.

5. Remove before flight
Ini mungkin misi paling sulit, pengen banget punya pita "remove before flight" yang asli, yang biasanya terdapat di deket mesin pesawat. Rencananya klo boleh mau aku jadikan gantungan kunci.

Ya itu mungkin kegilaan yang bakal aku lakukan buat mengurangi rasa permusuhanku dengan bandara dan pesawat...

Doakan saja semoga berhasil...

Ngomong2 tahun ini keren lo, tumben2an detektor logam nggak bunyi waktu aku lewat dibawahnya. Padahal biasanya langsung bunyi nuuttt...!! Waktu saya lewat
Published with Blogger-droid v1.7.4
Read More

Thursday, June 2, 2011

Sepertinya Doaku salah

Sebenarnya beberapa bagian dari cerita ini saya tulis di bandara beberapa saat sebelum penerbanganku ke Surabaya. Tapi karena dibandara nggak ada HotSpot (Padahal katanya Bandara Internasional Sultan Hasanudin Makassar, tapi kok HotSpot aja nggak ada) jadi ya terpaksa baru bisa di upload sekarang. Itupun saya menulis cerita ini harus sedikit sembunyi2 soalnya malu juga klo lagi nulis cerita bodoh kok ada yang liatin (tapi klo malu kenapa di tulis di blog??). Oh iya sebenarnya sih males juga untuk menulis di bandara mengingat selain ada yang ngintip aku juga merasa kalau bandara itu sangat-sangat membuatku tidak nyaman, ya… seperti tempat keramat gitu. Tapi daripada iseng nggak jelas so… saya akan meneruskan tulisan bodoh ini. Sebentar, nulisnya pindah pake hape saja, benar2 tidak nyaman pake laptop…

Pulang kampung, yah memang belum begitu lama sejak terakhir kali aku pulang kampung. Tapi mumpung lagi ada libur lagi yang nggak begitu lama dan cuti bersama jadi ya bisa sejenak menginjakkan kaki di tanah jawa lagi. Ng.. sebenernya sih boros juga kalo tiap kali ada libur kok pulang kampung . Tapi mau bagaimana lagi, aku pulang kampung ini juga soalnya ada masalah yang harus aku selesaikan. Masalah yang seharusnya sudah aku selesaikan saat aku pulang kampung beberapa waktu lalu yang ternyata belum bisa aku selesaikan waktu itu.

Sama seperti edisi pulang kampung sebelumnya, untuk edisi kali ini saya juga naik pesawat untuk armada pulang kampung saya. Walaupun jauh lebih mahal tapi itu lebih baik, bila dibandingkan jika saya harus naik kapal laut. Ngomong2 soal pesawat, jika dihitung2 mulai dari lahir sampai dengan post ini ditulis ternyata aku sudah lebih dari lima kali menggunakan pesawat sebagai alat transportasi saya. Yah percaya atau tidak mungkin ini adalah kesalahan saya sendiri yang salah dalam berdoa. Iya sepertinya itu penyebabnya…

Aku ingat dulu ketika aku masih kecil sekitar umur2 kelas tiga SD, selepas sholat Jum’at (aku ingat betul hari itu hari Jum’at), dan saat panas sangat terik (ini hanya untuk mendramatisir keadaan) aku ingin sekali es cendol (ini sepertinya keluar dari alur cerita). Hha… yang pasti waktu itu saat aku kira2 kelas tiga SD dan selepas Sholat Jum’at aku pernah ngobrol dengan tetanggaku, yah anak2 seumuranku waktu itu. Kebetulan siang itu kami mengobrolkan transportasi apa yang paling hebat yang pernah kami naiki. Aku ingat satu persatu dari kami bercerita, ada yang pernah naik bis AC dari Jakarta ke Semarang (waktu saya masih umur segitu Bis Patas AC bisa dibilang barang yang mewah), ada yang pernah naik kapal Feri ke Bali ada yang naik mobil ke Surabaya dll. Akan tetapi perlu diingat disini, ini semua diceritakan oleh anak2 usia SD dimana pada umur segitu semua hal yang diceritakan 70%nya adalah hiperbola. Begitupun denganku awalnya aku cuma ikut2an saja tiap kali ada yang bercerita. Ng… ikut2annya tu kira2 seperti ini:

Si X : ”Aku mbiyen tau numpak bis AC neng Blitar” (Aku dulu pernah naik bis yang berAC ke Blitar)

Saya : “Ah… aku mbok tau numpak bis AC neng Jogja” (Ah… Aku juga pernah naik bis yang berAC ke Jogja)

Dan tentu saja biasanya percakapan ini diperkuat dengan statement yang jauh lebih menguatkan atau terkadang menjatuhkan seperti misalnya:

Si X : ”Aku mbiyen tau numpak bis AC neng Blitar” (Aku dulu pernah naik bis yang berAC ke Blitar)

Saya : “Ah… aku mbok tau numpak bis neng AC neng Jogja” (Ah… Aku juga pernah naik bis yang berAC ke Jogja)

Si X : “Mosok?? Enak yo adem g sumuk” (Mosok?? Enak ya, adem nggak sumuk)

Saya : “Iyo, ono WCne barang” (Iya ada WCnya juga (padahal nggak ada bis jurusan jogja semarang yang ada WCnya di dalam bis))

Si X : “Iyo”

Saya : “Wes ngono kursine apik, iso nggo turunan” (Suda gitu kursinya bagus, bisa dibuat tidur (maksudnya direbahkan))

Si X : “Iyo”

Lainnya : “Aku mbok tau” (Saya juga pernah)

Nah disini sangat terlihat siapa yang bohong siapa, dan siapa yang bohong plus hiperbola. Percakapan itu tentusaja masih berlanjut dengan penuh kebohongan dan intrik. Hingga pada saat titik paling akut aku mengeluarkan senjata pamngkasku, dan saya berkata, “Koe ndak wes do pernah numpak sepur neng Jakarta??” (kamu / kalian sudah ada yang pernah naik kereta ke Jakarta??). Obrolan itupun hening dan saya tentu saja melanjutkan cerita yang tentusaja saya tambah2i seperti kereta itu cepat, nyaman, adem, dan hal2 lain yang sangat hiperbolis yang sebenarnya itu semua adalah fiktif. Kecuali bagian nyaman dan cepat (kereta kelas bisnis waktu itu sangat nyaman tidak seperti sekarang).

Yup kereta, itulah senjata pamungkasku waktu itu. Sebab jujur sebelum obrolan itu aku mulai aku sudah mengumpulkan informasi (sepertinya bakat alami saya), dan menanyai beberapa temanku (tentu saja aku menanyainya satu2, di tempat berbeda, dan waktu berbeda) tentang naik kereta dan ternyata mereka belum ada satupun yang pernah naik kereta . Selain itu aku sadar kalau kereta merupakan alat transportasi paling elit di antara kami (padahal sebenarnya jika dilihat dari sudut pandang orang dewasa, itu semua tidak benar. Kereta hanyalah sebuah alat transportasi masal), dan untungnya hanya aku yang sudah pernah dan sering sekali naik kereta PP Semarang - Jakarta. Di sini jelas terlihat posisi tawarku (apa ini??) jauh lebih tinggi. Akan tetapi, itu semua runtuh dengan tiba2 saat salah satu diantara kami berkata, “Tapi kan koe ora tau numpak pesawat?? Aku mbiyen pas kelas 2 tau numpak pesawat neng jakarta” (tapi kan kamu nggak pernah naik pesawat?? Aku dulu waktu kelas 2 pernah naik pesawat menuju jakarta). saat itu tiba2 saja posisi tawarku menjadi sangat rendah. Lenyap sudah… Setelah itu, pembicaraan mulai berganti topik dan tentu saja aku sudah menghilang sebelum topik itu berganti.

Entah apa yang aku pikirkan, tiba2 saja aku waktu itu teringat akan pesan guru agamaku yang mengatakan bahwa “Salah satu waktu paling mustajab untuk berdoa adalah pada hari jum’at”. So… tanpa pikir panjang aku langsung lari ke dalam rumah menggelar sajadah, duduk bersila, dan aku langsung berdoa yang isinya kira2 “Ya Alloh moga-moga suatu saat nanti aku bisa naik pesawat, sekali saja Ya Alloh…, Amin”. Ya sekali saja, hanya sekali cukup…!!! Tidak lebih. Oh iya tepat setelah itu aku ingat almarhumah nenek saya masuk ke kamar trus beliau berkata “Wong solat di mesjid kok doanya dirumah”.

Hari berganti hari, perlahan aku mulai melupakan kejadian hari ini. Hingga malam ini aku kembali tersadar adakah yang salah dengan diriku?? hingga aku harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, tiap saat aku ingin menyambung tali silaturahmi. Merenung kembali, aku yang dulunya nggak pernah naik pesawat tiba2 saja belakangan ini jadi sering banget naik pesawat. Adakah yang salah dengan doaku?? Dan tiba2 saja aku teringat kisah bodoh ini. Tapi mungkin karena Alloh terlalu baik kepada Alannusa kecil sehingga dia mengabulkan doaku itu… bukan hanya sekali, tapi beberapa kali.
Read More

Saturday, May 28, 2011

Bingung

Suatu hari saat sedang terlalu pusing, panik, dan putus asa untuk menyelesaikan manuskrip skripsiku ayahku pernah berkata, "nggak usah dipaksakan untuk menulis, sebisanya, di coret2 dulu di kertas, nang di dunia ini ada dua type orang pertama, orang yang pandai untuk mengungkapkan pikirannya tapi tidak pandai dalam menuangkan pikirannya ke dalam sebuah tulisan, dan yang kedua orang yang pandai dalam menuliskan pikirannya ke dalam suatu tulisan". Yah belum lama rasanya saat ayahku mengatakan hal itu, maklum skripsi saja baru saja selesai setahun yang lalu. Tapi entah kenapa saat menuliskan post ini pesan ayahku itu kembali muncul di pikiranku.

Dari pesan ayahku itu kadang aku sendiri berpikir aku itu masuk golongan yang mana?? pertama atau kedua?? sebab kalo aku adalah golongan yang pertama... aneh juga mengingat aku bukanlah orang yang pandai berbasa basi, dan bernegosiasi. Aku bukanlah orang yang pandai dalam mengungkapkan perasaanku ke orang lain. Bahkan sekedar menjelaskan sesuatu yang sangat aku kuasai terkadang aku tidak dapat menjelaskannya secara runtut, dan terperinci, sehingga kadang aku sendiri bingung aku ini ngomong apa. Tapi jika aku berkata aku adalah golongan yang kedua... maka bisa dipastikan orang yang membaca post inipun akan tertawa. Iya tertawa sebab aku yakin mereka akan berpikir "Pandai menulis apanya?? bahasanya aja kacau, kalimatnya nggak jelas, arahnya kemana bikin bingung." Sebab, jangankan mengunkapkan isi hatiku ke dalam secarik kertas, membuat puisi yang tidak puitispun aku sulit.

Terkadang aku sendiri iri dengan teman2ku yang pandai dalam mengungkapkan perasaannya ke dalam sebuah tulisan, lalu mempostingnya ke dalam blog sehingga seluruh dunia tau apa yang sedang dirasakannya. Atau iri kepada teman2 yang pandai menuliskan puisi yang puitis ke dalam blognya sehingga seluruh dunia tau perasaan hatinya. Ingin rasanya aku melakukannya juga, menuliskan isi hatiku ini ke dalam suatu paragraf atau mungkin hanya bait-bait puisi. yah paragraf atau bait-bait puisi yang berisikan isi hatiku yang belakangan ini aku sendiri juga tidak tau apa yang sedang aku pikirkan. aku hanya bisa merasakan "lelah"
Read More

Saturday, May 21, 2011

Tulis Tangan

Malam semakin larut (eh sudah pagi), tapi baru saja saya pulang dari kosan teman saya untuk menyelesaikan tugasnya. Yah sebenarnya masih malas untuk pulang apalagi mengingat di rumah saya juga sendirian, ditambah lagi masih ada beban "pikiran" yang sebenarnya belum benar2 selesai. Itupun masih harus ditambah lagi puluhan pertanyaan yang selalu membuat saya semakin malu dari hari ke hari, dan entah kenapa bisa menjadi suatu gosip kantor. anehnya semua itu terjadi hanya gara2 sebuah "status". tapi ya sudahlah keadaannya memang sudah seperti itu. (ea... ea... ea... curcol)

well kembali ke topik. iyo saya baru saja pulang dari kosan teman saya untuk menyelesaikan tugasnya. Iya tugas kuliahnya teman saya, aneh memang kenapa kok saya dan tiga orang (atau empat) teman saya yang lain harus menyelesaikan tugas kuliah teman saya yang satu itu. Anehnya lagi kenapa tugas itu harus dikerjakan dengan cara ditulis tangan, bukan dikerjakan menggunakan komputer, atau setidaknya mesin ketik. Aneh aja karena ternyata di jaman yang modern seperti ini masih ada dosen yang memerintahkan mahasiswanya untuk menyelesaikan tugas dengan cara tulis tangan. ya sebenernya sih bisa dimaklumi mungkin saja sang dosen tidak mau bila mahasiswanya hanya Ctrl+C dan Ctrl+V tugas mahasiswa lainnya. Tapi saya juga tidak bisa membayangkan apa ya si dosen nggak merasa kecele (bahasa indonesianya apa??) apabila ada salah satu mahasiswanya (ya temanku itu) yang tugasnya diselesaikan dalam karakter tulisan yang berbeda-beda dalam satu tugas (satu tugas 3 atau 4 karakter tulisan).

BeTeWe ngomong2 soal tugas saya jadi ingat masa-masa kuliah saya dulu. Saya ingat dulu waktu kuliah saya sering sekali menyelesaikan tugas saya seorang diri. ya... maklum saja waktu kuliah saya nggak banyak kesibukan. Kalaupun ada kesibukan, paling kesibukan saya waktu kuliah ya maen. Itupun sendirian, mengingat saya dulu kuliah nggak punya pacar (ea... ea... ea... curcol lagi).

Saya ingat tugas pertama kuliah saya itu tugas mata kuliah Kalkulus I yang berisi 5 pertanyaan, yang bagi saya tidak bisa dikatakan mudah. Hal ini mengingat dulu waktu SMA nilai matematika saya pas2an mentok di angka 8. Itupun kalo lagi waras kalo lagi nggak waras ya mentok 6,5. Untungnya dulu waktu SMA, saya masuk IPA gara2 di dongkrak nilai Biologi dan Kimia. Ya bisa dibilang saya orang IPA, tapi IPA hapalan bukan hitungan...

Ngomong2 soal tulis tangan juga, sebenarnya sudah lama sekali saya nggak nulis (dengan tangan, biasanya nulis pake keyboard via komputer). Saya ingat terakhir tulis tangan dalam jumlah yang lumayan banyak itu waktu... waktu... tes lamar kerja itupun cuma waktu Tes Kraepelin dan itupun cuma nulis angka2 yang sederhana, dan baru malam ini setelah sekian lama nggak nulis tangan, aku harus menulis lagi kumpulan soal dan jawaban sebanyak dua lembar folio. Capek memang, jadi sekarang saatnya saya tidur...

ya wes segitu dulu saya mau tidur
sampai jumpa dalam post selanjutnya
Read More

Friday, May 20, 2011

Kembali Menulis

Yah akhirnya kembali menulis lagi. Setelah sekian lama vakum dari dunia tulis menulis akhirnya kembali iseng menulis lagi. Tapi buat yang pernah baca blog saya ini saya yakin akan merasakan beberapa kejanggalan salah satunya, semua posting di blog lama saya menjadi hilang...

ya memang bukannya apa2 tapi memang semua posting di blog saya yang terdahulu saya hapus semua dikarenakan saya berkeinginan merubah format tulisan di blog saya ini. dari yang tadinya berisi kritik2 dan cenderung serius berubah menjadi (rencananya) sebuah blog yang berisi cerita yang tidak ada seriusnya sama sekali (ya ada seriusnya sih, tapi cuma sedikit).

ok klo gitu...
sekian sambutan pembuka untuk blog baru saya ini.
Read More